Musyawarah Sughro (Mughrom) di Ma’had Aly PP Zainul Hasan Bahas Kontroversi Sholat di Dasar Laut dan Pilihan Trawih

Sebagian Peserta Mughrom Ma'had ALy Pondok Pesantren Zainul Hasan

Genggong, 3 Maret 2024 – Pada hari Sabtu, 02 Maret 2024, Musyawarah Sughro (Mughrom) digelar di Aula Ma’had Aly Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong. Musyawarah ini dihadiri oleh semua mahasantri Ma’had Aly PP Zainul Hasan, dipimpin oleh Perumus utama Ustad Ahmad Muzakki, M.H, dan Ustad Imam Syafi’i, M.H. sebagai Perumus kedua. KH. Ghufron, M.Pd, seorang dosen dan pengasuh di Pondok Pesantren Fathillah Gending Probolinggo, yang bertindak sebagai Mushohih. Moderator acara adalah Hasan Ridho, mahasantri semester dua.

Dalam musyawarah ini, dua permasalahan utama yang dibahas adalah kontroversi seputar Sholat di dasar laut, serta pilihan antara mengikuti Sholat Trawih menurut Nahdlatul Ulama atau Muhammadiyah.

Sholat di dasar laut menjadi topik menarik dalam Musyawarah ini. Meskipun belum menjadi praktik umum, beberapa kalangan mulai membahas kemungkinan melaksanakan ibadah sholat di dalam air laut. Beberapa pandangan mengenai hal ini diungkapkan dalam diskusi, termasuk aspek hukum, teknis, dan spiritual.

Selain itu, debat mengenai pilihan Sholat Trawih juga mencuat. Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah memiliki tata cara yang sedikit berbeda dalam melaksanakan ibadah ini, dan mahasantri merasa perlu mempertimbangkan aspek-aspek ini dalam praktik – praktik keagamaan.

KH. Ghufron, M.Pd menambahkan, “saya senang melihat antusiasme mahasantri dalam mengikuti musyawarah ini. Diskusi seperti ini penting untuk memperkuat pemahaman agama dan memperkokoh jati diri keagamaan.”

Keterangan : Sebagian Mahasantri Putra Foto bersama Musohih dan Perumus Setelah Acara Mughrom

Menurut Ustad Ahmad Muzakki, M.H, “Musyawarah ini memberikan wadah bagi mahasantri untuk saling berbagi pandangan dan mendiskusikan isu-isu keagamaan yang relevan. Kami berharap dengan adanya diskusi ini, mahasantri dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang praktek-praktek keagamaan.”

Musyawarah Sughro di Ma’had Aly PP Zainul Hasan ini menjadi contoh nyata kolaborasi intelektual dan kultural di kalangan mahasiswa Islam. Dengan memperdebatkan isu-isu kontemporer, mereka tidak hanya mengasah pemahaman keagamaan tetapi juga memperdalam toleransi dan pemahaman lintas mazhab.

Melalui dialog dan musyawarah semacam ini, para mahasantri berupaya memperkuat pondasi keimanan dan memperluas wawasan keagamaan mereka, sambil tetap mempertahankan identitas kultural dan tradisi keislaman yang kaya. (RV)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *