CATATAN MUDIR: BERAGAMA DAN BERNEGARA DENGAN TOLERAN DAN SANTUN

Ahmad Muzakki (Mudir Ma`had Aly Zainul Hasan Genggong)

Berbeda agama, keyakinan, ideologi, dan organisasi adalah realitas kehidupan yang harus diterima. Menguatkan apa yang diyakini itu penting, tapi mengcounter ajaran yang tidak diyakini harus penuh kehati-hatian, kebijaksanaan, kesantunan, penuh adab dan tidak disampaikan di hadapan publik yang dapat menimbulkan sakit hati dan kebencian.

Dalam Islam ada ajaran bahwa agama kalian, agama kalian, agamaku agamaku. Artinya keyakinan tidak bisa dipaksakan. Kemudian ada ajaran agama yang melarang menjelek-jelekan atau mengolok-olok tuhan agama lain, karena pada akhirnya mereka akan membalas dengan mengejek tuhan  kita. Artinya biarkanlah setiap pemeluk agama meyakini kebenaran tuhannya masing-masing. Ada juga ajaran agama jika anak berbeda keyakinan dengan orang tuanya, maka tidak perlu taat jika diperintahkan hal-hal yang melanggar aturan agama, namun tetaplah bergaul bersama mereka dengan baik di dunia ini.

Menarik sekali apa yang sering disampaikan oleh Almaghfurlah KH Hasyim Muzadi bahwa dakwah itu mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul. Ungkapan tersebut mudah diucapakan namun perlu energi kuat untuk dapat mengaplikasikannya. Saya pribadi sering mendengar para pendakwah menyerukan agar meniru akhlak Nabi dan mengikuti jejak langkahnya. Dulu ketika belajar sejarah Nabi, ustadz pernah menjelaskan bahwa ketika Nabi berdakwah beliau dilempari kotoran oleh para musuh Nabi, namun Nabi tidak membalasnya. Nabi dicaci maki oleh seorang Yahudi buta yang tiap hari oleh Nabi disuapi makanan, namun tidak marah. Teladan Nabi ini luar biasa jika bisa ditiru dan tentunya membutuhkan kebesaran jiwa dan kebijaksanaan yang tinggi.

Maka jika ada narasi yang menyinggung keyakinan suatu agama, cara terbaik adalah menjawab dengan narasi pula. Jika berlanjut dengan argumen, maka jawablah dengan argumen yang lebih kuat. Jika harus berlanjut diskusi ilmiah, maka tatakrama diskusi tetap harus dijaga. Menghormati yang lebih tua, menyampaikan pendapat dengan tenang dan santun, menyusun argumen dengan logika yang rapi dan tertata, tidak hanya menjadi pembicara yang ulung, tapi harus mampu menjadi pendengar yang baik. Karena tidak sedikit musuh takluk disebabkan keluhuran akhlak dan adab.

Intinya perbedaan itu adalah sesuatu yang sudah berlaku sejak lama. Yg harus diperbaiki adalah bagaimana menyikapi perbedaan dengan baik. Bagaimana mendengar pendapat orang yg berbeda dengan kita dan memahami alur fikirnya dan dalilnya. Sehingga diskusinya berakhlak dan penuh dengan kesantunan. Cara terbaik berdiskusi dengan orang yang berbeda pendapat adalah dengan menyampaikan argumen yang lebih kuat dan mematahkan argumen yang disampaikan oleh lawan. Bukan dengan menyerang pribadi, menghina, dan mengolok-olok. Dan kadang yang menjadi problem adalah merasa lebih benar, lebih pintar dan lebih paham.

Dalam persoalan negara, patut diajungi jempol warga negara yang membantu negara dalam menjaga keamanan, baik keamanan fisik, psikis maupun dari ideologi yang dapat mengancam keutuhan NKRI. Namun cara dilakukan tetap harus sesuai undang-undang dan etika. Melakukan aktivitas prostitusi dan minum MIRAS jelas dilarang, namun tindakan kekerasan terhadap pelaku tidaklah dibenarkan. Tidak setuju terhadap organisasi HTI misalnya, itu sudah tepat, karena negara sudah melarang organisasi HTI. Namun jika dilakukan dengan kekerasan, baik dengan ucapan atau perbuatan, maka menurut saya ini kurang baik. Terkadang tujuannya baik dan mulia, namun karena kurang beradab, kebaikan dan kemuliannya menjadi tertutup.

KH. Afifuddin Muhajir dalam salah satu ceramahnya mengatakan bahwa saat ini ada yang berpendapat bahwa diantara maqashid syariah adalah tahsinu shurotil islam/ memperindah wajah Islam. Wajah islam sebenarnya sudah cantik dan indah, namun ada pihak-pihak yang membuat wajah Islam tidak cantik. Dari pihak-pihak inilah kadang Islam seakan-akan digambarkan dengan penuh arogansi, terorisme, anarkisme dll. Maka tugas kita bersama adalah berusaha keras menampilkan wajah Islam yang sebenarnya. Islam yang penuh adab, toleransi, rahmatan lil `alamin, dan menghargai.

Maka sudah saatnya kita harus beragama dengan penuh toleransi dan kesantunan. Karena dengan cara itulah kehidupan beragama dapat berjalan dengan penuh harmoni. Bernegara dan bermasyarakat juga harus dilakukan dengan toleransi dan saling menghargai, karena dengan cara itulah kehidupan masyarakat akan penuh dengan kedamaian.

2 Replies to “CATATAN MUDIR: BERAGAMA DAN BERNEGARA DENGAN TOLERAN DAN SANTUN”

  1. Masyaallah subhanallah,sangat bermanfaat sekali ya syaikhona,
    Dari tulisan ini saya banyak sekali motif”yg saya dapat,yg lebih pentingnya yakni dalam menghargai kepada sesama,dari segi ber agumen dan berdakwah,
    Masyallah sukses selalu gurukušŸ„°

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *