Ibtida’ Hakiky dan Ibtida’ Idhofy

Imam Syafi’i (Dosen Ma’had Aly PP. Zainul Hasan Genggong, Dosen Universitas Islam Zainul Hasan Genggong Dan Katib Syuriah MWCNU Krejengan)

Salah satu metode ketika nampak ada “pertentangan” antara dua dalil (تَعَارُضُ الدَّلَالَيْنِ) adalah al-Jam’u baina al-Muta’aridhain (mengumpulkan dan menkompromikan dalil yang bertentangan).

Metode ini merupakan langkah pertama –diantara metode-medote yang lain ketika nampak ada pertentangan-, berdasarkan kaidah “mengamalkan kedua dalil lebih baik daripada mengabaikan salah satu dalil” (اِعْمَالُ الْكَلَامِ اَوْلَى مِنْ اِهْمَالِهِ). Cara ini dapat dilakukan dengan cara menta’wilkan kata/teks yang umum kepada kata yang khusus, kata/teks yang dhahir kepada kata yang nash, dan kata/teks yang muthlaq kepada kata yang muqayyad, serta dengan cara memilih salah satu hukum dengan cara mangambil hukum yang khusus daripada dalil yang umum.

Aplikasi dari metode tersebut diantaranya dapat kita lihat dari judul pembahasan kali ini;

Dalam suatu kesempatan nabi bersabda: 

“كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحِيْمِ أَقْطَعُ” )عبد القادر الرهاوي في الأربعين عن أبي هريرة (

“Setiap perkara yang mempunyai nilai kebaikan yang tidak dimulai dengan bacaan basmalah maka terputus dari keberkahan (sedikit keberkahannya)”(Kanzu al-Amal Fi Sunan al-Aqwali wa al-Af’al, jld. 1, h. 555)  

Dalam kesempatan yang lain nabi bersabda:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى وَمُحَمَّدُ بْنُ خَلَفٍ الْعَسْقَلَانِيُّ قَالُوا حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ قُرَّةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيهِ بِالْحَمْدِ أَقْطَعُ”

“Setiap perkara yang mempunyai nilai kebaikan yang tidak diawali dengan ucapan hamdalah maka terputus dari keberkahan (sedikit keberkahannya)” (Sunan Ibnu Majah, jld. 6, h. 5)

Dari keterangan hadis diatas terdapat dua anjuran; pertama anjuran agar memulai setiap urusannya dengan membaca basmalah. Kedua, anjuran agar setiap urusannya diawali dengan ucapan hamdalah. Andaikata mengamalkan dalil pertama, maka dalil yang kedua diabaikan dan begitu sebaliknya. Sehingga Secara dhohir kedua hadis ini nampak “bertentangan”. Maka perlulah sebuah solusi jitu agar tidak ada perintah dari syari yang berlawanan. Dan sebagaimana dari penjelaskan di atas, diantra solusi tersebut adalah mengkompromikannya.

Dari sinilah kemudian muncul istilah Ibtida’ Hakikiy dan Ibtida’ Idhofiy. Pada Hadis pertama disebut Ibtida` Hakikiy dan hadis kedua dinamai Ibtida` idhofiy.

Ibtida` Hakikiy adalah ungkapan kalimat yang dilakukan pertama kali sebelum menyampaikan maksud yang diinginkan, sementara Ibtida’ idhofiy adalah ungkapan kata yang diucapkan sebelum menyampaikan maksud yang diinginkan sekalipun diselahi oleh ungkapan lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *