Meniti Jejak, Menata Pijak: Refleksi 1 Abad Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan

Bangkalan 11 April 2025 – Peringatan satu abad wafatnya ulama besar Nusantara, Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, digelar dengan penuh khidmat dan kemegahan. Dengan mengusung tema “Meniti Jejak, Menata Pijak”, acara ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan warisan keilmuan dan perjuangan tokoh sentral dalam kebangkitan Islam di Indonesia, khususnya di lingkungan Nahdlatul Ulama.

Rangkaian acara 1 abad ini diawali dengan Seminar Memorial Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan yang berlangsung di Halaman Maqbaroh Syaikhona Muhammad Kholil. Seminar ini menjadi ajang intelektual yang mempertemukan pemikir dan ulama dari berbagai latar belakang, guna menggali lebih dalam jejak keilmuan dan kontribusi Syaikhona terhadap dunia pesantren dan bangsa Indonesia.

Seminar ini menghadirkan pembicara-pembicara masyhur, antara lain budayawan dan pujangga nasional KH. D. Zawawi Imron yang membuka perspektif tentang sosok Syaikhona dari sisi budaya dan spiritualitas lokal. Disusul oleh KH. Dr. (HC) Zulfa Mustofa, tokoh NU yang membahas dimensi tasawuf dan sanad keilmuan Syaikhona dalam jaringan ulama tradisional. Narasumber ketiga, KH. Fauzan Alfaz, seorang sejarawan pesantren, menyampaikan paparan mendalam mengenai peran Syaikhona dalam gerakan kebangsaan dan kemerdekaan melalui lensa sejarah.

Diskusi ini dimoderatori oleh Rektor IAI Syaikhona Muhammad Kholil, Dr. Fera Andriani Djakfar, Lc., yang berhasil mengarahkan alur diskusi dengan cermat dan menggugah para peserta untuk aktif terlibat.

Peserta seminar berasal dari berbagai unsur, termasuk badan otonom (banom) NU, civitas akademika dari berbagai perguruan tinggi, para intelektual muda, serta delegasi dari sejumlah Ma’had Aly. Salah satu peserta yang turut hadir adalah Ma’had Aly Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, yang menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini sebagai bentuk penghormatan kepada ulama besar yang menjadi inspirasi lintas generasi.

Seminar ini bukan hanya menjadi ajang nostalgia intelektual, tetapi juga ruang aktualisasi nilai-nilai keulamaan dan kebangsaan Syaikhona Muhammad Kholil, yang selama ini menjadi ruh dalam gerakan pesantren di Nusantara.

Rangkaian acara 1 abad ini juga dikemas dengan pelaksanaan Haul Akbar Syaikhona Muhammad Kholil, yang digelar setiap tanggal 12 Syawal, sebagaimana tradisi tahunan di Bangkalan. Ribuan jamaah dari berbagai penjuru tanah air memadati kompleks makam Syaikhona untuk berziarah dan mengikuti rangkaian haul yang dipimpin oleh para ulama terkemuka.

Dalam haul tahun ini, suasana terasa lebih sakral dan istimewa karena haul dipadukan dengan momen bersejarah lainnya, yakni Launching Kitab “Ta’lim As-Shibyan” karya monumental Syaikhona Muhammad Kholil. Kitab ini merupakan salah satu peninggalan berharga yang selama ini hanya dikenal dalam lingkup terbatas dan kini mulai dikenalkan secara luas kepada publik.

Peluncuran kitab ini dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional dan para ulama kharismatik, seperti Rais Aam PBNU KH. Miftahul Ahyar, Wakil Presiden RI KH. Ma’ruf Amin, KH. Zuhri Zaini, KHR. Kholil As’ad, serta para ulama sepuh dari berbagai pondok pesantren besar di Indonesia. Kehadiran mereka menjadi simbol kuat bahwa warisan keilmuan Syaikhona Kholil tidak hanya milik Madura, tetapi telah menjadi aset nasional.

KH. Miftahul Ahyar dalam sambutannya menyampaikan, “Syaikhona Kholil adalah mata rantai penting dalam sanad keilmuan Islam di Indonesia. Melalui murid-muridnya seperti KH. Hasyim Asy’ari, beliau telah menanamkan benih peradaban yang hari ini kita nikmati dalam bentuk organisasi keagamaan, pesantren, dan nilai-nilai kebangsaan.”

Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin juga memberikan penghormatan khusus dalam pidatonya, menyebut Syaikhona sebagai “guru dari para guru bangsa” dan mengajak seluruh elemen umat Islam untuk meneladani semangat keilmuan dan nasionalisme Syaikhona dalam menghadapi tantangan zaman.

Acara ini menjadi penanda penting bahwa setelah satu abad wafatnya, nama Syaikhona Muhammad Kholil tetap hidup dalam ingatan umat dan menjadi rujukan utama dalam hal keteladanan, sanad keilmuan, serta kecintaan kepada tanah air.

Peringatan 1 abad ini bukan sekadar penghormatan kepada masa lalu, namun menjadi titik tolak untuk menata pijak masa depan pesantren dan keilmuan Islam Indonesia. Dengan meniti jejak Syaikhona Kholil, generasi muda diharapkan mampu menumbuhkan sikap intelektual yang merangkul tradisi, menguatkan moderasi, dan tetap teguh dalam prinsip keislaman yang rahmatan lil ‘alamin. (RV)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *